Peranan Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Wilayah Hukum Balai Pemasyarakatan Kelas II Kupang
DOI:
https://doi.org/10.55606/eksekusi.v2i3.1285Keywords:
Juvenile Criminal Justice System, Community Counselor, Children Facing the LawAbstract
Community Advisors are professional officers who work under the Ministry of Law and Human Rights, especially in the Directorate General of Corrections. They are in charge of providing guidance, counseling, and assistance to inmates and correctional clients, including children who are facing the law. The Roles and Responsibilities of Community Advisors are: legal and social assistance, rehabilitation and reintegration, individual and family counseling, supervision and evaluation, coordination with relevant institutions, reports and documentation. Community guidance has a central role in ensuring that children involved in the criminal justice system receive the support they need to reintegrate properly into society. The purpose of this study is to find out what the role of community guidance is and what are the obstacles experienced by community supervisors in handling children who are facing the law. The research method used is an empirical juridical research The results of the study show that: (1) The role of community supervisors is very significant in supporting the implementation of SPPA in Bapas Class II Kupang. They not only act as facilitators in the rehabilitation process, but also as mentors and supporters for children in the criminal justice system. Community counselors are actively involved in developing rehabilitation programs that are tailored to the individual needs of children, providing counseling services, and assisting in the formation of social skills and life skills necessary for reintegration into society. (2) The main obstacles faced by community advisors include limited resources, such as inadequate budgets, and high workloads due to the number of cases exceeding the capacity of employees handling ABH cases. In addition, the obstacles to coordination with related agencies, including judicial institutions, police, and social services, are also a significant challenge, hindering the implementation of integrated rehabilitation program.
References
Amalia Nuraheni, N. (2009). Sistem pembinaan edukatif terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana. Semarang: Universitas Diponegoro.
Anggraeni, U. R. (2013). Peranan pembimbing kemasyarakatan di dalam sistem peradilan pidana anak di Kota Bengkulu. Jurnal Supremasi Hukum, 22(1), 116.
Aziz, A. (1998). Aspek hukum perlindungan anak. Medan: USU Press.
BPSDM Kemenkumham. (2024). Fungsi pemasyarakatan bagian satu. Diakses dari https://bpsdm.kemenkumham.go.id/informasi-publik/publikasi/pojok-penyuluhan-hukum/fungsi-pemasyarakatan-bagian-satu/
Djamil, M. N. (2020). Anak bukan untuk di hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
DocPlayer. (2024). Tentang penanganan anak yang berhadapan dengan hukum. Diakses dari https://docplayer.info/33277902-Tentang-penanganan-anak-yang-berhadapan-dengan-hukum.html
Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana. (2015). Pedoman penulisan skripsi. Kupang: Universitas Nusa Cendana.
Gultom, M. (2012). Perlindungan hukum terhadap anak dan perempuan. Bandung: PT Refika Aditama.
Gunarto. (2008). Peranan Bapas dalam perkara anak. Diunduh dari http://bangopick.wordpress.com/2008/02/09/peranan-bapas-dalam-perkara-anak/
Kellina, T. D. (2020). Pelaksanaan kegiatan kerja bagi klien pemasyarakatan (Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya, Malang).
Margaretha, et al. (2012). Buku panduan penanganan anak berhadapan dengan hukum. Jakarta: P2TP2A.
Masu, R. R., & Manuain, O. G. (2018). Model penerapan restorative justice dalam penanganannya proses kasus anak di Polres Timor. Jurnal, 23(9), 8.
Melta, M. (2021). Peran Bapas dalam pelaksanaan diversi pada kasus lakalantas oleh anak. Program Studi Ilmu Hukum, 20.
Pemerintah Indonesia. (2002). Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235.
Pemerintah Indonesia. (2010). Pedoman umum penanganan anak yang berhadapan dengan hukum Nomor 15 Tahun 2010.
Pemerintah Indonesia. (2012). Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5332.
Pemerintah Indonesia. (2014). Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 297, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5606.
Pemerintah Indonesia. (2016). Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5582.
Pemerintah Indonesia. (2022). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6811.
Pikiran Rakyat. (2023). Sepuluh ribu anak kini berhadapan dengan hukum. Diakses dari http://www.pikiran-rakyat.com/bandungsepuluh-ribu-anak-kiniberhadapan-dengan-hukum
Purnianti, M. S. S., & Tinduk, N. M. M. (n.d.). Analisa situasi sistem peradilan pidana anak di Indonesia. Jakarta: Unicef.
Stiyaningrum, N. (2020). Peranan Balai Pemasyarakatan dalam pelaksanaan pembimbingan klien (Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang).
Sukinta, & Baskoro, B. D. (2016). Optimalisasi Bapas dalam sistem peradilan pidana anak berdasarkan UU No. 11 Tahun 2011. S1 Ilmu Hukum, 5(2).